Dokter


Emergency


Whatsapp


Dokter

Emergency

WhatsApp
Memahami Prediabetes: Apakah Berisiko Menjadi Diabetes Melitus?

Pada era modern ini, masalah kesehatan semakin menjadi perhatian utama bagi banyak orang. Salah satu masalah kesehatan yang semakin umum adalah prediabetes. 

Menurut laporan International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019, prevalensi prediabetes mencapai sekitar 373,9 juta orang, yang setara dengan 7,5% dari populasi dewasa berusia 20–79 tahun di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, data Riskesdas menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam prevalensi prediabetes setiap tahunnya, mencapai 30,8 persen pada tahun 2018. 

Faktor-faktor seperti kondisi sosial ekonomi yang kurang baik, keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah, dan peningkatan tingkat obesitas menjadi pemicu yang meningkatkan risiko terjadinya prediabetes.

Namun, apa sebenarnya prediabetes? Apakah kondisi ini bisa berubah menjadi diabetes melitus? Ketahui selengkapnya melalui artikel ini.

Apa Itu Prediabetes?

Prediabetes adalah kondisi di mana kadar gula darah seseorang lebih tinggi dari normal, tetapi belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes melitus. Prediabetes adalah tahap awal sebelum diabetes melitus tipe 2. 

Pada kondisi ini, tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif, yang menyebabkan penumpukan gula darah dalam darah. Jika tidak diatasi, prediabetes dapat berkembang menjadi diabetes melitus.

Lantas berapa lama prediabetes menjadi diabetes?

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Permanente Journal 2014 oleh Philip Tuso, disebutkan bahwa sekitar 37 persen dari individu yang mengalami prediabetes berisiko mengembangkan diabetes dalam waktu empat tahun.

Namun, hal ini tentu tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan kondisi tersebut.

Faktor Risiko Seseorang Mengalami Pre-diabetes

Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bisa terkena pre-diabetes:

  1. Berat Badan Berlebih

Orang dengan kelebihan berat badan, terutama yang memiliki lemak perut yang signifikan, memiliki risiko tinggi untuk mengalami prediabetes. Lemak ekstra di sekitar perut dapat membuat tubuh lebih resisten terhadap insulin.

  1. Kurangnya Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik seringkali terkait dengan kelebihan berat badan dan dapat meningkatkan risiko prediabetes. Aktivitas fisik yang kurang dapat menyebabkan resistensi insulin.

  1. Riwayat Keluarga

Faktor keturunan juga dapat memainkan peran dalam prediabetes. Jika ada anggota keluarga dekat yang memiliki kondisi ini, kemungkinan besar prediabetes akan berkembang pada seseorang di keluarga tersebut.

  1. Usia

Semakin tua seseorang, semakin besar risikonya terkena prediabetes. Risiko mulai meningkat pada usia 45 tahun dan meningkat eksponensial setelah usia 65 tahun.

  1. Gestational Diabetes

Jika seorang wanita mengalami diabetes saat hamil (gestational diabetes), ini dapat meningkatkan risiko mengembangkan prediabetes di kemudian hari.

  1. Masalah Kesehatan Lainnya

Tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi juga dapat meningkatkan risiko prediabetes.

Apa Ciri-Ciri Prediabetes?

Meskipun seseorang dalam tahap prediabetes biasanya tidak merasakan gejala, tetapi beberapa tanda yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Sering merasa lapar.

  • Turunnya berat badan meski makan lebih sering.

  • Kebutuhan akan cairan yang lebih tinggi dari biasanya.

  • Frekuensi berkemih yang meningkat.

  • Kelelahan yang cepat muncul.

Bagaimana Cara Mengatasi Prediabetes?

Jika mengalami gejala prediabetes, langkah pertama yang dapat diambil adalah segera mengubah gaya hidup, termasuk perubahan pola makan dan peningkatan aktivitas fisik secara teratur. Dua perubahan ini dapat membantu agar kondisi gula darah menjadi normal dan menekan risiko terjadinya diabetes.


Selain itu, jika tes gula darah menunjukkan kadar yang tinggi namun belum mencapai level diabetes, langkah pengobatan prediabetes lainnya adalah dengan penggunaan obat-obatan untuk mengendalikan insulin yang mungkin diperlukan.

Menyadari faktor risiko, memahami gejala, dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai adalah kunci untuk mencegah perkembangan prediabetes menjadi diabetes tipe 2. 

Konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan panduan yang tepat dan langkah-langkah yang sesuai dengan kondisi kesehatan. Selain itu, lakukan pemeriksaan rutin (medical check up) untuk mengetahui kondisi tubuh sebagai langkah untuk mencegah prediabetes maupun diabetes.

Jangan tunda lebih lama, cegah diri dari prediabetes. Periksakan sekarang melalui MCU di Radjak Hospital terdekat.


Kategori : #Diabetes
dr. MR. Kurnia Eni Sapitri, Sp.PD., FINASIM

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Purwakarta

dr. Susanto Salim, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Purwakarta

dr. Bima Valentino Samsudin Grandis, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Purwakarta

dr. M. Zulfikar Abadi, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Jababeka

dr. Djaserlin Saragih, Sp.PD, FINASIM

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Cileungsi

dr. Zuhri Dirgantoro, Sp.PD, FINASIM

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Cileungsi

dr. Djaserlin Saragih, Sp.PD, FINASIM

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Cileungsi

dr. Suvianto Hendri Lesmana, Sp.PD, FINASIM

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Cileungsi

dr. Irman Firmansyah, Sp.PD, FINASIM, SH, MH

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Cileungsi

dr. Godfried E. Y. S, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Jababeka

dr. Asnath Vera Safitri Matondang, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Salemba

Dr. dr. H. Iman Firmansyah, SH, MH, Sp.PD, KPTI, FINASIM

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Salemba

dr. Ika Wulan Yuliani, Sp.PD (KR)

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Salemba

dr. Prawiro Sukito Phoa, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Salemba

dr. Dewi Gathmyr, Sp.PD, KGH, MARS

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Salemba

dr. Pandu Tridana Sakti, SpPD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Cengkareng

dr. Dories Septiana, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Jababeka

dr William Soeryaatmadjak, Sp.PD, FPCP

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Cengkareng

dr. Rizha Zethira, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Purwakarta

dr.F.C. Puspita Hapsari Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Cileungsi

dr. Nicholas, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Jababeka

dr. Henny Tannady Tan, Sp. PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Cengkareng

dr. Ruswhandi, Sp.PD.,GEH

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Salemba

dr. Mohammad Rosyid Ridho, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Purwakarta

dr. Andri Affandi, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Jababeka

dr. Bobby Prima, Sp.PD

Spesialis Penyakit Dalam
Radjak Hospital Jababeka



Menurut WHO 2019, dari 500 juta orang yang mengalami osteoarthritis atau pengapuran sendi, 60% di antaranya adalah perempuan. Penyebab utama kondisi ini adalah perubahan hormon saat menopause, yang berdampak pada berkurangnya produksi cairan sendi (sinovial fluid). Cairan ini berfungsi sebagai pelum...



Banyak yang mengira puasa bisa memperparah maag dan asam lambung. Padahal, jika dilakukan dengan benar, puasa justru bisa memberikan manfaat besar bagi kesehatan lambung! Apa saja manfaatnya? Dan bagaimana cara agar puasa tetap lancar tanpa gangguan maag?Manfaat Puasa bagi Penderita Maag dan Asam La...



Human Metapneumovirus (HMPV) mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun virus ini sebenarnya menjadi salah satu penyebab utama infeksi saluran pernapasan yang menyerang berbagai kelompok usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Meski gejalanya kerap mirip dengan flu biasa, dampaknya dapat m...